Sunday, August 28, 2005

Sebuah Renungan

Seorang tukang air memiliki dua tempayan besar, Masing-masing bergantung pada kedua ujung sebuah pikulan,
Yang dibawa menyilang pada bahunya.

Satu dari tempayan itu retak,
Sedangkan tempayan yang satunya lagi tidak.
Jika tempayan yang tidak retak itu selalu dapat
Membawa air penuh setelah perjalanan panjang
Dari mata air ke rumah majikannya, Tempayan itu
hanya dapat Membawa air setengah penuh.

Selama dua tahun, hal ini terjadi setiap hari.
Si tukang air hanya dapat membawa
Satu setengah tempayan air ke rumah majikannya.
Tentu saja si tempayan yang tidak retak
Merasa bangga akan prestasinya,
Karena dapat menunaikan tugasnya dengan sempurna.
Namun si tempayan retak yang malang itu
Merasa malu sekali akan ketidaksempurnaannya
Dan merasa sedih sebab ia hanya dapat
Memberikan setengah dari porsi yang seharusnya
Dapat diberikannnya.

Setelah dua tahun tertekan oleh kegagalan pahit ini,
Tempayan retak itu berkata kepada si tukang air,
"Saya sunggh malu pada diri saya sendiri,
dan saya ingin mohon maaf kepadamu."
"Kenapa?" tanya si tukang air,
"Kenapa kamu merasa malu?"
"Saya hanya mampu, selama dua tahun ini,
membawa setengah porsi air dari yang seharusnya
dapat saya bawa karena adanya retakan pada sisi saya telah membuat air yang saya bawa bocor
sepanjang jalan menuju rumah majikan kita.
Karena cacadku itu, saya telah membuatmu rugi."
Kata tempayan itu.

Si tukang air merasa kasihan pada si tempayan retak,
Dan dalam belas kasihannya, ia berkata,
"Jika kita kembali ke rumah majikan besok,
aku ingin kamu memperhatikan bunga-bunga indah
di sepanjang jalan."

Benar, ketika mereka naik ke bukit,
Si tempayan retak memperhatikan
Dan baru menyadari bahwa ada bunga-bunga indah
Di sepanjang sisi jalan,
Dan itu membuatnya sedikit terhibur.

Namun pada akhir perjalanan,
Ia kembali sedih karena separuh air yang dibawanya
Telah bocor, dan kembali tempayan retak
Itu meminta maaf pada si tukang air atas
kegagalannya.

Si tukang air berkata kepada tempayan itu,
"Apakah kamu memperhatikan adanya bunga-bunga
di sepanjang jalan si sisimu
tapi tidak ada bunga di sepanjang jalan
di sisi tempayan yang lain yang tidak retak itu

Itu karena aku selalu menyadari akan cacadmu
Dan aku memanfaatkannya.
Aku telah menanam benih-benih bunga
Di sepanjang jalan di sisimu,
Dan setiap hari jika kita berjalan pulang dari mata air,
Kamu mengairi benih-benih itu.
Selama dua tahun ini aku telah dapat memetik bunga-bunga

Indah itu untuk menghias meja majikan kita.
Tanpa kamu sebagaimana kamu ada,
Majikan kita tak akan dapat menghias
Rumahnya seindah sekarang."

Setiap dari kita memiliki
Cacad dan kekurangan kita sendiri.
Kita semua adalah tempayan retak.
Namun jika kita mau, Tuhan akan menggunakan
kekurangan kita
Untuk menghias-Nya.

Di mata Tuhan yang bijaksana,
Tak ada yang terbuang percuma.
Jangan takut akan kekuranganmu.
Kenalilah kelemahanmu dan kamu pun
Dapat menjadi sarana keindahan Tuhan.
Ketahuilah, di dalam kelemahan kita,
Kita menemukan kekuatan kita.

No comments: