Friday, May 25, 2007

AKHIR YANG BERBEDA

Dari Seorang Sahabat


semoga kita termasuk dalam orang2 yang khusnul khotimah....amien....

Tatkala masih dibangku sekolah, aku hidup bersama kedua orangtuaku dalam
ling kungan yang baik. Aku selalu mendengar doa ibuku saat pulang dari
keluyuran dan begadang malam. Demikian pula ayahku, ia selalu dalam
shalatnya yang panjang. Aku heran, mengapa ayah shalat begitu lama, apalagi
jika saat musim dingin yang menyengat tulang.

Aku sungguh heran, bahkan hingga aku berkata kepada diri sendiri :
"Alangkah sabarnya mereka...setiap hari begitu...benar-benar mengherankan!
" Aku belum tahu bahwa disitulah kebahagiaan orang mukmin dan itulah shalat
orang orang pilihan. Mereka bangkit dari tempat tidurnya untuk munajat
kepada Allah.

Setelah menjalani pendidikan militer, aku tumbuh sebagai pemuda yang
matang. Tetapi diriku semakin jauh dari Allah padahal berbagai nasehat selalu
kuterima dan kudengar dari waktu ke waktu. Setelah tamat dari pendidikan,
aku ditugaskan di kota yang jauh dari kotaku. Perkenalanku dengan
teman-teman sekerja membuatku agak ringan menanggung beban sebagai orang
terasing.

Disana, aku tak mendengar lagi suara bacaan Al-Qur'an. Tak ada lagi suara
ibu yang membangunkan dan menyuruhku shalat. Aku benar-benar hidup
sendirian, jauh dari lingkungan keluarga yang dulu kami nikmati. Aku
ditugaskan mengatur lalu lintas di sebuah jalan tol. Di samping menjaga
keamanan jalan,tugasku membantu orang-orang yang membutuhkan bantuan.
Pekerjaan baruku sungguh menyenangkan. Aku lakukan tugas-tugasku dengan
semangat dan dedikasi tinggi.

Tetapi, hidupku bagai selalu diombang-ambingkan ombak. Aku bingung dan
sering melamun sendirian ... banyak waktu luang ... pengetahuanku terbatas.
Aku mulai jenuh ... tak ada yang menuntunku di bidang agama. Aku sebatang
kara. Hampir tiap hari yang kusaksikan hanya kecelakaan dan orang-orang
yang mengadu kecopetan atau bentuk-bentuk penganiayaan lain.

Aku bosan dengan rutinitas. Sampai suatu hari terjadilah sebuah peristiwa
yang hingga kini tak pernah aku lupakan.
Ketika itu, kami dengan seorang kawan sedang bertugas disebuah pos jalan.
Kami asyik ngobrol ... tiba-tiba kami dikagetkan oleh suara benturan yang
amat keras. Kami mengedarkan pandangan. Ternyata, sebuah mobil bertabrakan
dengan mobil lain yang meluncur dari arah yang berlawanan. Kami segera
berlari menuju tempat kejadian untuk menolong korban. Kejadian yang sungguh
tragis.

Kami lihat dua awak salah satu mobil dalam kondisi kritis. Keduanya segera
kami keluarkan dari mobil lalu kami bujurkan di tanah. Kami cepat-cepat
menuju mobil satunya. Ternyata pengemudinya telah tewas dengan amat
mengerikan.
Kami kembali lagi kepada dua orang yang berada dalam kondisi koma. Temanku
menuntun mereka mengucapkan kalimat syahadat. Ucapkanlah "Laailaaha
Illallaah ... Laailaaha Illallaah .." perintah temanku. Tetapi sungguh
mengerikan,
dari mulutnya malah meluncur lagu-lagu. Keadaan itu membuatku merinding.
Temanku tampaknya sudah biasa menghadapi orang-orang yang sekarat ...
Kembali ia menuntun korban itu membaca syahadat. Aku diam membisu. Aku tak
berkutik dengan pandangan nanar. Seumur hidupku, aku belum pernah
menyaksikan orang yang sedang sekarat, apalagi dengan kondisi seperti ini.
Temanku terus menuntun keduanya mengulang-ulang bacaan syahadat.
Tetapi ... keduanya tetap terus saja melantunkan lagu.

Tak ada gunanya ... Suara lagunya terdengar semakin melemah ... lemah dan
lemah sekali. Orang pertama diam, tak bersuara lagi, disusul orang kedua.
Tak ada gerak ... keduanya telah meninggal dunia. Kami segera membawa
mereka ke dalam mobil. Temanku menunduk, ia tak berbicara sepatahpun.
Selama perjalanan hanya ada kebisuan. Hening...
Kesunyian pecah ketika temanku mulai bicara.Ia berbicara tentang hakikat
kematian dan su'ul khatimah (kesudahan yang buruk).

Ia berkata "Manusia akan mengakhiri hidupnya dengan baik atau buruk..
Kesudahan hidup itu biasanya pertanda dari apa yang dilakukan olehnya
selama di dunia.
"Ia bercerita panjang lebar padaku tentang berbagai kisah yang diriwayatkan
dalam buku-buku islam. Ia juga berbicara bagaiman seseorang akan mengakhiri
hidupnya sesuai dengan masa lalunya secara lahir batin.
Perjalanan kerumah sakit terasa singkat oleh pembicaraan kami tentang
kematian. Pembicaraan itu makin sempurna gambarannya tatkala ingat bahwa
kami sedang membawa mayat. Tiba-tiba aku menjadi takut mati. Peristiwa ini
benar-benar memberi pelajaran berharga bagiku. Hari itu, aku shalat khusyu'
sekali.

Tetapi perlahan-lahan aku mulai melupakan peristiwa itu. Aku kembali pada
kebiasaanku semula ... Aku seperti tak pernah menyaksikan apa yang menimpa
dua orang yang tak kukenal beberapa waktu yang lalu. Tetapi sejak saat itu,
aku memang benar-benar menjadi benci kepada yang namanya lagu-lagu. Aku tak
mau tenggelam menikmatinya seperti sedia kala.
Mungkin itu ada kaitannya dengan lagu yang pernah kudengar dari dua orang
yang sedang sekarat dahulu. Kejadian yang menakjubkan !.

Selang enam bulan dari peristiwa mengerikan itu .... sebuah kejadian
menakjubkan kembali terjadi di depan mataku. Seseorang mengendarai mobilnya
dengan pelan, tetapi tiba-tiba mobilnya mogok di sebuah terowongan menuju
kota. Ia turun dari mobilnya untuk mengganti ban yang kempes. Ketika ia
berdiri dibelakang mobil untuk menurunkan ban serep, tiba-tiba sebuah mobil
dengan kecepatan tinggi menabraknya dari arah belakang. Lelaki itupun
langsung tersungkur seketika. Aku dengan seorang kawan, bukan yang
menemaniku pada peristiwa pertama cepat-cepat menuju tempat kejadian.
Dia kami bawa dengan mobil dan segera pula kami menghubungi rumah sakit
agar langsung mendapat penanganan.Dia masih sangat muda, wajahnya begitu
bersih.Ketika mengangkatnya ke mobil, kami berdua cukup panik, sehingga tak
sempat memperhatikan kalau ia menggumamkan sesuatu. Ketika kami
membujurkannya di dalam mobil, kami baru bisa membedakan suara yang keluar
dari mulutnya.

Ia melantunkan ayat-ayat suci Al-Qur'an ... dengan suara amat lemah.
"Subhanallah ! dalam kondisi kritis seperti itu ia masih sempat melantunkan
ayat-ayat suci Al-Qur'an ? Darah mengguyur seluruh pakaiannya,
tulang-tulangnya patah, bahkan ia hampir mati. Dalam kondisi seperti itu,
ia terus melantunkan ayat-ayat Al-Qur'an dengan suaranya yang merdu.Selama
hidup, aku tak pernah mendengar bacaan Al-Qur'an seindah itu. Dalam batin
aku bergumam sendirian "Aku akan menuntunya membaca syahadat sebagaimana
yang dilakukan oleh temanku terdahulu ... apalagi aku sudah punya
pengalaman." aku meyakinkan diriku sendiri. Aku dan kawanku seperti
terhipnotis mendengarkan suara bacaan Al-Qur'an yang merdu itu.
Sekonyong-konyong sekujur tubuhku merinding, menjalar dan menyelusup ke
setiap rongga.Tiba-tiba, suara itu terhenti. Aku menoleh kebelakang.
Kusaksikan dia mengacungkan jari telunjuknya lalu bersyahadat. Kepalanya
terkulai, aku melompat ke belakang.

Kupegang tangannya, degup jantungnya, nafasnya, tidak ada yang terasa. Dia
telah meningal. Aku lalu memandanginya lekat-lekat, air mataku menetes,
kusembunyikan tangisku, takut diketahui kawanku.
Kukabarkan kepada kawanku kalau pemuda itu telah meninggal. Kawanku tak
kuasa menahan tangisnya. Demikian pula halnya dengan diriku. Aku terus
menangis air mataku deras mengalir.Suasana dalam mobil betul-betul sangat
mengharukan..Sampai di rumah sakit .....Kepada orang-orang di sana, kami
mengabarkan perihal kematian pemuda itu dan peristiwa menjelang kematiannya
yang menakjubkan.

Banyak orang yang terpengaruh dengan kisah kami, sehingga tak sedikit yang
meneteskan air mata.
Salah seorang dari mereka, demi mendengar kisahnya, segera menghampiri
jenazah dan mencium keningnya. Semua orang yang hadir memutuskan untuk
tidak beranjak sebelum mengetahui secara pasti kapan jenazah akan di
shalatkan. Mereka ingin memberi penghormatan terakhir kepada jenazah. Semua
ingin ikut menyolatinya. Salah seorang petugas rumah sakit menghubungi
rumah almarhum. Kami ikut mengantar jenazah hingga ke rumah keluarganya.
Salah seorang saudaranya mengisahkan, ketika kecelakaan, sebetulnya
almarhum hendak menjenguk neneknya di desa. Pekerjaan itu rutin ia lakukan
setiap hari senin. Disana almarhum juga menyantuni para janda, anak yatim
dan orang-orang miskin.

Ketika terjadi kecelakaan, mobilnya penuh dengan beras, gula, buah-buahan
dan barang-barang kebutuhan pokok lainnya. Ia juga tak lupa membawa
buku-buku agama dan kaset-kaset pengajian. Semua itu untuk dibagi-bagikan
kepada orang-orang yang dia santuni. Bahkan juga membawa permen untuk
dibagikan kepada anak-anak kecil.

Bila tiba saatnya kelak, kita menghadap Allah Yang Perkasa. hanya ada satu
harap, semoga kita menjadi penghuni surga. Biarlah dunia jadi kenangan,
juga langkah-langkah kaki yang terseok, di sela dosa dan pertaubatan.
Hari ini, semoga masih ada usia, untuk mengejar surga itu, dengan amal-amal
yang nyata : "memperbaiki diri dan mengajak orang lain "
Allah Swt berfirman:
"Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari
kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barang siapa dijauhkan dari neraka
dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan
dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan." (QS. Al-Imran
:185)

Rasulullah Saw telah mengingatkan dalam sabadanya, "Barangsiapa yang lambat
amalnya, tidak akan dipercepat oleh nasabnya."

Saudaraku Siapa yang tau kapan, dimana, bagaimana, sedang apa, kita menemuai
tamu yang pasti menjumpai kita, yang mengajak menghadap Allah SWT,Orang
yang cerdik dan pandai adalah yang senantiasa mengingat kematian dalam
waktu waktu yang ia lalui kemudian melakukan persiapan persiapan untuk
menghadapinya.


note : amalkan ilmu, sampaikan walau satu ayat, salah satu amalan yang
terus mengalir walau seseorang sudah mati adalah ilmu yang bermanfaat.

Begitulah hendaknya engkau nasehati dirimu setiap hari karena engkau tidak
menyangka mati itu dekat kepadamu bahkan engkau mengira engkau mungkin
hidup lima puluh tahun lagi, Kemudian engkau menyuruh dirimu berbuat taat,
sudah pasti dirimu tidak akan patuh kepadamu dan pasti ia akan menolak dan
merasa berat untuk mengerjakan ketaatan.

Nasehat ini terutama untuk diri saya sendiri,dan saudara-saudaraku seiman
pada umumnya.

Jazakumullah khairan katsiran

Wassalamu `Alaikum Warahmatullahi Wa Barakatuh.

Tuesday, May 22, 2007

RINDU.........

Ya Allah izinkan aku mengungkapkan rinduku pada rasul-MU Ya Allah.....
Ya rasul, aku rindu kepadamu....Aku rindu atas kerinduan dan ketaatanmu, yang selalu kau curahkan kpd sang KhaliqYa rasul, ceritakan kepadaku tentang kehidupanmuAku rindu keramahanmu yang saat ini makin sedikit kurasakan di dunia iniAku rindu akan sifat bersahaja yang kau contohkan semasa hidupmu
Ya rasul, aku rindu cara hidupmu, walaupun aku akui bahwa aku malu kalau aku juga mau ikuti cara hidupmuAku selalu berpura-pura, karena hidup ini terlalu penuh dengan kepalsuan Ya rasul, apakah rinduku sekarang ini hanyalah kerinduan semuYa Allah mohon ajari aku untuk selalu merindu dengan sebenar-benarnya rindu kepada-MU dan rasul-MUYa Allah ajari aku untuk mengkekalkan rindu karena sering ketika imanku lengah aku jadi jauh dari-MU dan rasul-MU
Ya rasul, ceritakan aku tentang rumahmu, menu makanmu, pakaianmu yang bersahajaYa rasul, ceritakan kepadaku tentang sahabat-sahabat sejatimuYa rasul, ceritakan kepadaku tentang pengorbanan dan perjuanganmu dalam menegakkan agama Allah.
Ya rasul, wajahmu selalu ceria dengan pikiran yang bersih dan jernihYa rasul, engkau begitu kuat menghindari kesombongan dan maksiat Aku ingin mencontohmu yang selalu tersenyum tulus terhadap sesamaAku juga ingin sepertimu yang tidak pernah merendahkan orang lain, dengan sikapmu yang selalu menyapa terlebih dahulu.Ya rasul aku ingin mencontohmu utk tidak berkata yang sia-sia dan tidak menyakiti orang lain.
Ya rasul, bagaimana caranya bisa hidup bersahaja seperti kehidupanmuYa rasul, ceritakan kepadaku tentang kehidupanmu yang sederhana ituAku ingin walau dengan hidup sederhana aku tetap bisa seperti dirimu yang selalu bisa sedekah dengan ikhlasAku juga ingin sepertimu, dimana tindakanmu sesuai dengan ucapanmu
Ya rasul, bagaimana caranya menghindarkan dari nafsu yang selalu saja datang dan mengoyak-ngoyak hatikuAtau paling tidak bisa menahannyaYa rasul, bagaimana membuat bendungan yang kokoh utk meningkatkan keimanan dan ketaqwaanku yang masih begitu kecil dan lemah ini
Ya Allah, rasul-Mu itu, begitu aku mengagumi pribadinya.Ya Allah, izinkan aku nanti menemui-MU dan rasul-MU.... utk melepas rindu iniYa Allah, juga mohon bimbinglah hamba-MU yang lemah ini agar selalu berada di jalan-MU....Ya Allah....Ya Allah, izinkan aku memasuki surga-MU karena aku sangat takut.....akan neraka-MU Ya Allah.....

Oleh : hamba Allah

Saturday, April 28, 2007

Fitnah

Oleh : AS Ibnu Qoyyim
''Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan satu musibah kepada satu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatan itu.'' (QS Alhujurat [49]: 6).
Dalam ayat lain, Allah berfirman, ''Allah tidak menyukai menyebut keburukan orang (yang diucapkan) dengan terus terang kecuali oleh orang yang dizalimi. Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.'' (QS Annisaa' [4] : 148).
Allah SWT memerintahkan umat Islam agar memastikan (tabayyun) terlebih dahulu kebenaran suatu berita yang tersebar. Penyebar berita itu hendaknya kita cari tahu, apakah layak dipercaya atau tidak. Namun tetap saja, unsur baik sangka (husnuzhzhon) ada di urutan pertama.
Selain itu, Allah menekankan pada kita agar tidak mudah membuat tuduhan yang tidak berdasar, seperti mencela orang lain, memaki, menerangkan keburukan orang lain, menyebarluaskan aib, atau menyinggung perasaan. Pengecualian itu semua hanya berlaku bagi orang yang dizalimi, yang diberlakukan secara buruk oleh orang yang menganiayanya.
Rasulullah SAW tidak mudah mendengar kata-kata yang dapat mengeruhkan ukhuwah antarsahabat. Rasulullah SAW bersabda, ''Janganlah ada di antara kalian (para sahabat) yang suka menyampaikan perkara-perkara yang memburukkan sahabat-sahabat lain karena sesungguhnya aku lebih suka jika aku menemukan kalian semua dalam keadaan lapang dada, tanpa prasangka buruk.'' (HR Alkhamsah).
Rasulullah SAW juga melarang para sahabatnya untuk tidak menyebarkan aib orang lain sekalipun kepada Beliau. Perbuatan itu dapat mengarah pada tindakan fitnah.
Pada hakikatnya, fitnah atau tuduh-menuduh lahir dari rasa dengki, sombong, angkuh, tidak menerima kebenaran, dan menganggap orang lain berderajat lebih rendah darinya.
Fitnah adalah tindakan paling kejam yang dilakukan seseorang kepada orang lain. Bahkan, pembunuhan yang merupakan tindakan kejam dianggap 'kalah kejam' ketimbang fitnah.
Memiliki tabiat fitnah atau tuduh-menuduh akan membawa kita pada kehancuran dan kemusnahan. Tidak ada sedikit pun keuntungan yang diperoleh dari sifat buruk itu.
Karena itu, Alquran menganjurkan kepada kita untuk berhati-hati dalam menerima berita yang belum dapat dipastikan kebenaran dan asal-usulnya. Ingat selalu firman-Nya, ''.... Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya akan dimintai pertanggungjawabannya.'' (QS Al-Isra' [17]: 36). Wallahu a'lam bish-shawab.
Peringatan atau Azab?

Oleh : KH Didin Hafidhuddin
Sungguh sangat menyedihkan melihat peristiwa terbakarnya kapal Levina I yang telah merenggut korban jiwa maupun materi yang cukup besar. Belasan penumpang meninggal dunia, puluhan luka-luka, bahkan dua petugas polisi Puslabfor Mabes Polri, Kompol Widiantoro dan AKBP Langgeng Widodo, serta dua crew televisi nasional yaitu dari SCTV dan Lativi juga meninggal dunia.
Kecelakaan tersebut seolah-olah melengkapi kecelakaan dan musibah yang terjadi sebelumnya, baik musibah alam seperti gempa, badai tsunami, angin puting beliung, banjir bandang, tanah longsor, maupun musibah sosial seperti tawuran antarkampung, antarkelompok, hanya karena persoalan yang sepele. Seperti perluasan kabupaten maupun kota, yang seharusnya bisa diselesaikan secara elegan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang ada.
Dari rentetan kejadian di atas, maka timbul sebuah pertanyaan dalam benak kita, apakah semua kejadian yang menimpa tersebut, merupakan sebuah peringatan ataukah sebuah azab dari Allah SWT? Tentu saja dalam hal ini, kita dapat melihatnya dari beberapa segi dan sangat tergantung pada respons yang kita lakukan setelah peristiwa-peristiwa tersebut terjadi. Kalau kita meresponsnya, dengan sikap sadar, mau mengoreksi dan mengintrospeksi diri, serta mau melakukan muhasabah, maka hal itu insya Allah merupakan sebuah peringatan, bahkan bisa juga merupakan salah satu wujud dari kasih sayang Allah yang diberikan kepada masyarakat dan bangsa kita, agar menjadi bangsa yang mau kembali pada ajaran-Nya. Hal ini sebagaimana digambarkan dalam firman-Nya pada QS Ar-Rum [30] ayat 41: "Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)."
Dalam ayat tersebut di atas (QS 30: 41) terdapat kata-kata La'allahum yarji'un (agar manusia kembali pada jalan Allah), ini menggambarkan, bahwa kalau setelah musibah-musibah tersebut kita meninggalkan perbuatan-perbuatan buruk, seperti korupsi, khianat, zalim, dan sifat-sifat buruk lainnya, maka insya Allah musibah-musibah tersebut ujungnya merupakan peringatan dari Allah, yang akan mengangkat derajat, harkat dan martabat kita. Di samping itu dengan terjadinya musibah tersebut, jika dianggap sebagai sebuah peringatan, maka akan meningkatkan kualitas keimanan, kesabaran, ketabahan, empati dan simpati, serta ketakwaan kita kepada Allah SWT. Karena ternyata - telah terbukti - bahwa ketika menghadapi musibah, ada satu sifat baik yang menonjol dari masyarakat kita, yaitu keinginan untuk saling menolong. Betapa besar sumbangan mereka - seperti yang dipublikasikan - lewat televisi, surat kabar, majalah, maupun lewat sarana yang lain, yang memberikan bantuannya. Demikian pula, tampak rasa kesetiakawanan sosial pada masyarakat, ketika melaksanakan kegiatan bersih-bersih kota Jakarta pascamusibah banjir tersebut. Semua pihak dan semua kelompok saling bahu-membahu dan saling membantu serta bersatu padu dalam melakukannya.
Tetapi sebaliknya, jika kita merespons musibah tersebut dengan sikap apatis tidak mau mengubah perilaku dan perbuatan kita yang buruk tadi, seperti korupsi yang semakin merajalela, para pejabat semakin tidak amanah, selalu berkhianat, tidak berpihak pada masyarakat yang lemah, demikian pula perilaku-perilaku buruk lainnya, maka musibah tersebut akan menjadi sebuah azab yang ujungnya sangat mengerikan. Oleh karena itu, Allah SWT mengingatkan kita melalui firman-Nya pada QS An-Nahl [16] ayat 112: "Dan Allah telah membuat suatu perumpamaan (dengan) sebuah negeri yang dahulunya aman lagi tenteram, rezekinya datang kepadanya melimpah ruah dari segenap tempat, tetapi (penduduknya) mengingkari nikmat-nikmat Allah; karena itu Allah merasakan kepada mereka pakaian kelaparan dan ketakutan, disebabkan apa yang selalu mereka perbuat."
Pada ayat tersebut (QS 16: 112) terdapat kata-kata fakafarat bian'umillah (kemudian manusia kufur pada nikmat-nikmat Allah). Kufur dalam arti tidak mau melaksanakan ketentuan dan aturan Allah, tidak berpegang teguh pada Alquran dan hadits dalam mengeksploitasi dan memanfaatkan alam raya - hanya untuk kepentingan sendiri, bukan untuk kepentingan masyarakat banyak - maka yang terjadi, azab dan siksa Allah SWT akan menimpa, dalam bentuk pakaian kelaparan dan pakaian ketakutan yang sangat dahsyat. Hal ini juga pernah terjadi pada masyarakat dan umat terdahulu, yang mereka dihancurkan dengan azab yang sangat dahsyat, karena mereka mendustakan ayat-ayat-Nya. Sebagaimana dikemukakan dalam QS Asy-Syams [91] ayat 14-15: "Lalu mereka mendustakannya dan menyembelih unta itu, maka Tuhan mereka membinasakan mereka disebabkan dosa mereka, lalu Allah menyamaratakan mereka (dengan tanah) (14) dan Allah tidak takut terhadap akibat tindakan-Nya itu (15)."
Dalam ayat tersebut (QS 91: 14-15) dikemukakan, bahwa mereka mendustakan Nabi dan mereka menyembelih hewan yang dilarang untuk disembelih, maka kemudian Allah menimpakan azab-Nya, yaitu meratakan mereka dengan tanah. Perhatikan juga QS Al-Fajr [89] ayat 12-14: "Lalu mereka berbuat banyak kerusakan dalam negeri itu (12). Karena itu Tuhanmu menimpakan kepada mereka cemeti azab (13). Sesungguhnya Tuhanmu benar-benar mengawasi (14)."
Dalam ayat ini (QS 89: 12-14) dijelaskan, bahwa walaupun bangsa-bangsa tersebut adalah bangsa yang kuat, seperti kaum Tsamud, kaum 'Aad, maupun bala tentara Fir'aun yang begitu hebat dan kuat, akan tetapi karena mereka kufur dan mendustakan ayat-ayat Allah, maka Allah SWT menghancurkan mereka dengan sehancur-hancurnya.
Oleh karena itu, untuk menjawab pertanyaan apakah musibah yang terjadi itu merupakan sebuah peringatan ataukah azab, sangat tergantung dari respons yang kita miliki, mau memperbaiki diri atau tetap berbuat kerusakan? Wallahu 'alamu bi ash-Showab.