Thursday, September 08, 2016

RUMAH KITA BUKAN RUMAH LABA-LABA

RUMAH KITA BUKAN RUMAH LABA-LABA

 Posted By: admin  0 Comment

Saat anak mengalami masalah dan tidak sesuai harapan, orangtua kerapkali merasa kewalahan dengan ulah sang anak. Sebagian ‘catatan’ dan pantauan terhadap anak dikumpulkan sebagai bahan ‘evaluasi’ terhadap pendidikan anaknya di sekolah. Tidak sedikit orangtua yang mengharapkan ‘masalah’ pada anaknya ditangani oleh guru di sekolah. Karena memang sebagian besar orangtua berpikir guru berperan lebih dominan dan didengar oleh anaknya. Padahal rumah memiliki peran dan otoritas tiga kali lebih besar dibandingkan sekolah sebagaimana prosentase peran pendidikan menurut Dr. Khalid Asy Syantut.

Rumah sebagai madrasah pertama dan utama dalam rumah tangga sesungguhnya memiliki ‘otoritas’ dan kekuasaan dalam membangun bahtera peradaban. Jangan jadikan rumah kita seperti rumah laba-laba. Rumah laba-laba dibangun di daerah yang tinggi agar aman dan nyaman bagi keluarga laba-laba menjalani hidupnya. Menurut penelitian, serat jaring laba-laba lima kali lebih kuat daripada serat baja. Sehingga rumah ini layaknya seperti rumah yang mewah dan kokoh bagi manusia. Namun Allah menyebutkan rumah laba-laba sebagai rumah yang paling lemah. Bukan karena tinggi, mewah dan kokohnya tetapi karena tiada peran orangtua yang harmonis dalam membesarkan dan mendidik anaknya. Pejantan akan pergi dari rumah laba-laba setelah membuahi betina. Kemudian anak laba-laba kelak akan memakan induk laba-laba saat ia dewasa. Jangan sampai rumah yang kita idamkan hanya besar, indah dan nyaman secara kasat mata tetapi lemah dan kosong dari peran pendidikan orangtua terhadap anak-anaknya.

Inilah pentingnya orangtua memiliki ilmu dan pemahaman mengenai pola pendidikan bagi anak mereka di rumahnya. Setiap orangtua belajar mengenai panduan Islam sekaligus mereka mengamalkannya di wilayah otoritasnya. Jika tidak! Maka wajar orangtua akan kebingungan dan kewalahan terhadap tingkah sang anak. Mari kita perhatikan bagaimana Allah subhanahu wata’ala memberi gambaran rumah sebagai panduan bagi umat ini :

“Di rumah-rumah yang disana telah diperintahkan Allah untuk memuliakan dan menyebut namaNya, disana bertasbih (menyucikan) namaNya pada waktu pagi dan petang”. Qs. An Nuur : 36

“Dan ingatlah apa yang dibacakan di rumahmu dari ayat-ayat Allah dan hikmah (sunnah Nabi). Sungguh Allah maha lembut lagi maha mengetahui”. Qs. Al Ahzab : 34.

Inilah sebagian petunjuk Allah kepada kita dalam membangun rumah kita. Bahkan Allah perintahkan kepada Nabi dan istri-istrinya. Maka mari kita hidupkan rumah kita dengan pendidikan dan pengasuhan yang harmonis dari kedua orangtua. Agar kita tidak kewalahan dan kebingungan saat masalah-masalah timbul pada diri anak kita.

Hal ini bukanlah konsep dan teori semata. Panduan ini yang pernah dilakukan tokoh-tokoh besar yang berhasil meluangkan waktu untuk pendidikan anak mereka. Sebagaimana khalifah Umar bin Abdul Azis yang masih menyempatkan dirinya untuk ber kumpul dengan tujuh belas anaknya. Di sela-sela kesibukan memimpin sejumlah wilayah setara setengah bumi (sekitar 42 negara saat ini), ia berusaha mendengarkan bacaan Al Quran mereka dan mengoreksinya. Begitupun Umar bin Khattab yang bersegera membeli cambuk kemudian mengumpulkan anaknya. Melalui lisan sang Ayah, anak-anaknya mendapatkan pendidikan adab di rumah mereka.

Semoga rumah kita bukan seperti rumah laba-laba. Wallahu a’lam.

Ustadz surya
Www.kuttabalfatih.com

No comments: